Bismillah...
Setelah 10 tahun terakhir atau sejak 2015 saat pertama kali ojek online (ojol) muncul saya mungkin termasuk salah satu pengguna pertama layanan mereka di Surabaya.
Saya ingat saat saya mengobrol dengan driver ojol yang menjemput saya, beliau bilang layanan ini masih sangat baru di Surabaya. Bahkan baru ada belasan armada saat itu.
Saya selalu mengandalkan ojol untuk mengantarkan saya kemanapun terutama di jam-jam dimana tidak ada lagi bemo (angkutan kota) dan transportasi umum beroperasi atau lokasi yang saya tuju tidak terjangkau oleh bemo.
Dan alhamdulillah di umur saya yang sudah kepala 3 ini, saya baru diberi kesempatan untuk memiliki kendaraan bermotor milik saya sendiri. Beberapa kawan dekat dan keluarga sayapun heran bagaimana bisa saya yang belum pernah mengendarai motor sendiri bisa berani atau istilah bahasa jawanya tatag.
Ya kalo menurut saya mungkin ada efek dari satu dekade menjadi penumpang ojol membuat saya bisa berani mengendarai motor sendiri. Namun banyak teman yang tetap tidak puas dan tidak setuju dengan pernyataan diatas. Mereka bilang tidak bisa menyamakan naik motor sebagai penumpang dengan menjadi pengendara motor. But.. yeah.. that's what happen to me.
Motor ini adalah hadiah yang diberikan oleh ibu saya. Membeli motor bekas dari desa dan membawanya ke Surabaya menggunakan travel. Saya memberi nama motor pertama saya Vatih, sesimple karena dia adalah motor Vario berwarna putih.
![]() |
| Saya dan Vatih di hari pertama kedatangannya. |
Meski sebenarnya saya lebih nyaman menggunakan ojol karena tidak perlu di repotkan dengan perawatan motor, bensin dan rasa capek namun karena Vatih sudah sampai di Surabaya saya niatkan untuk menggunakan Vatih sebagai kuda besi andalan yang mengantarkan saya ke berbagai tempat dengan harapan perjalanan saya bisa mendatangkan pahala yang lebih banyak.
Selama di desa, saya juga sudah mengunjungi beberapa rumah saudara-saudara di kecamatan sebelah yang jalannya lebih mirip offroad karena banyak yang rusak, terkelupas dan penuh batu-batu yang lepas dari jalanan. Tapi menurut saya tipe jalanan seperti ini masih biasa saja karena ya mirip aja sama jalanan di tretes.
Namun hari ini adalah kali perdana saya dan Vatih jatuh bersama, Membawa sekarung makanan ternak dengan berat 25kg ditambah jalanan menanjak dan berbatu sukses membuat Vatih tidak kuat dan akhirnya kami terpeleset kebelakang dan jatuh bersama.
Alhamdulillah Vatih tidak kenapa-napa karena mungkin karung yang diikat dibelakang semacam jadi bantalan sehingga saya pun tidak sampai tertindih motor.
Jangan kapok ya Tih.. nanti kita touring lagi ^^,
Talk soon,
Dyah

Posting Komentar
Posting Komentar