Kopi tubruk ampas kerikil

Posting Komentar

Bismillah...

Sepertinya saya harus mulai move on dari kopi americano dan mulai membuka hati untuk kopi tubruk ampas kerikil. Bukan bermaksud gimana, namun itu adalah sebutan saya sebelum saya tahu bahwa kopi tubruk disini menggunakan biji kopi yang digiling tidak terlalu halus (kasar). Sayapun baru pertama kali merasakan seduhan kopi yang digiling kasar ya saat berada disini.

Hari minggu kemarin saya diminta oleh kakak perempuan saya mendatangi rumah-rumah saudara di desa sebelah agar mereka tahu bagaimana rupa asli saya. Ya, di sini saya lebih terkenal dalam foto-foto yang mereka pernah lihat mungkin beberapa puluh tahun lalu. Bisa dibilang hari ini adalah acara meet and greet dengan saya #plak 😆

Dan budaya disini adalah, setiap kamu bertamu ke rumah orang kamu selalu akan disuguhi kopi manis. Ya, si kopi tubruk ampas kerikil itu dengan tambahan gula sesendok. Hari minggu kemarin saya sudah minum 2 gelas kopi di dua rumah berbeda, entah bagaimana efek kafein di dalam tubuh saya nanti. Sebagai tamu kamu juga akan selalu diajak untuk makan nasi dengan lauk yang telah mereka masak hari itu. Menu sederhana, namun disajikan penuh cinta. Ceilah 😝


Talk soon,
Dyah

Related Posts

Posting Komentar